A. Ekologi
Ekologi,
pertama kali disampaikan oleh Ernest Haeckel ( zoologiwan Jerman,
1834-1914), berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata,
yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti
ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi
antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau
sistem dengan lingkungannya,
Ekologi
adalah cabang ilmu biologi yangbanyak memanfaatkan informasi dari
berbagai ilmu pengetahuan lain, seperti : kimia, fisika, geologi, dan
klimatologi untuk pembahasannya. Penerapan ekologi di bidang pertanian
dan perkebunan di antaranya adalah penggunaan kontrol biologi untuk
pengendalian populasi hama guna meningkatkan produktivitas.
Ekosistem
adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik
tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Lingkungan
hidup meliputi Komponen Biotik dan Komponen Abiotik. Komponen biotik
meliputi berbagai jenis makhluk hidup mulai yang bersel satu (uni
seluler) sampai makhluk hidup bersel banyak (multi seluler) yang dapat
dilihat langsung oleh kita. Komponen abiotik meliputi iklim, cahaya,
batuan, air, tanah, dan kelembaban. Ini semua disebut faktor fisik.
Selain faktor fisik, ada faktor kimia, seperti salinitas (kadar garam),
tingkat keasaman, dan kandungan mineral.
Ekosistem
bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh
antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Di dalam
ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat di dalamnya selalu
melakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk hidup maupun makhluk
hidup dengan lingkungnnya atau komponen abiotiknya. Hubungan timbal
balik ini menimbulkan keserasian hidup di dalam suatu ekosistem.
B. Lingkungan
Lingkungan
suatu organisme adalah segala sesuatu diluar organisme, yang menjadi
kondisi atau persyaratan organisme untuk hidup, lingkungan makhluk hidup
( organisme dibagi menjadi 2 :
- Lingkungan abiotik ( benda mati / Fisik )
- Lingkungan Biotik ( Maklhuk Hidup )
- Lingkungan abiotik ( benda mati / Fisik )
Lingkungan abiotik meliputi segala sesuatu yang tidak secara langsung terkait pada keberadaan organisme tertentu antara lain :
- Sinar Matahari: Jika tidak ada, tidak akan ada kehidupan
- Air: ±70% Struktur penyusun makhluk hidup. fungsi: untuk reaksi kimia pada tubuh yg disebut juga metabolisme dan juga untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil.
- Senyawa organik: karbohidrat, lemak dan protein. senyawa organik harus memiliki unsur C, H, O. khusus untuk protein, harus memiliki C, H, O, N.
- Udara: ±80% udara bebas adalah Nitrogen (N). fungsi N: membentuk protein bagi tubuh. N bisa didapat dari atmosfer langsung, tetapi harus dirubah ke dalam bentuk N2 . Proses pengubahan N menjadi N2 dinamakan Proses Biogeokimia. sisanya, udara bebas adalah Oksigen (O2). fungsi O2: untuk respirasi. tetapi untuk respirasi yang tidak menggunakan O2 dinamakanRespirasi anaerob.
- Tanah: sebagai substrat bagi tumbuhan dan sebagai tempat tinggal bagi hewan.
- Suhu: mempengaruhi reaksi kimia. jika suhu tinggi, zat/unsur yang direaksikan lebih cepat bereaksi karena dalam suhu yang tinggi terdapat zat katalis yang berfungsi untuk mempercepat reaksi kimia. dalam tubuh manusia, terdapat zat katalis yang disebutbiokatalisator yang berbentuk enzim. suhu yang tinggi juga dapat mengakibatkan enzim rusak. sedangkan suhu rendah menyebabkan melambatnya kinerja enzim.
- Mineral: membantu proses reaksi kimia
- Kelembaban udara: kandungan air di udara
- PH: derajat keasaman suatu zat. ukuran PH: 0-14. PH 0-7 mengindikasikan zat tersebut asam. PH 7 mengindikasikan zat tersebut normal. PH 7-14 mengindikasikan zat tersebut basa.
1. Lingkungan Biotik ( Maklhuk Hidup )
Lingkungan
Biotik adalah lingkungan yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik
tumbuhan maupun hewan. Dalam ekosistem, tumbuhan berperan sebagai
produsen, hewan berperan sebagai konsumen, dan mikroorganisme berperan
sebagai decomposer, juga meliputi tingkatan-tingkatan organisme yang
meliputi individu, populasi, komunitas, ekosistem, dan biosfer.
Tingkatan-tingkatan organisme makhluk hidup tersebut dalam ekosistem
akan saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu sistemyang
menunjukkan kesatuan. Secara lebih terperinci, tingkatan organisasi
makhluk hidup adalah sebagai berikut :
a. Individu
Individu
merupakan organisme tunggal seperti : seekor tikus, seekor kucing,
sebatang pohon jambu, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia. Dalam
mempertahankan hidup, seti jenis dihadapkan pada masalah-masalah hidup
yang kritis. Misalnya, seekor hewan harus mendapatkan makanan,
mempertahankan diri terhadap musuh alaminya, serta memelihara anaknya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, organisme harus memiliki struktur
khusus seperti : duri, sayap, kantung, atau tanduk. Hewan juga
memperlihatkan tingkah laku tertentu, seperti membuat sarang atau
melakukan migrasi yang jauh untuk mencari makanan. Struktur dan tingkah
laku demikian disebut adaptasi
b. populasi
Kumpulan individu sejenis yang hidup padasuatu daerah dan waktu tertentu disebut populasi
c. . Komunitas
Komunitas
ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan
daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama
lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila
dibandingkan dengan individu dan populasi.
d. Ekosistem
Antara
komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini
menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun
ekosistem adalah produsen (tumbuhan hijau), konsumen (herbivora,
karnivora, dan omnivora), dan dekomposer/pengurai (mikroorganisme).
Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan
antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya.
e. Biosfer
Seluruh
ekosistem di dunia disebut biosfer. Dalam biosfer, setiap makhluk hidup
menempati lingkungan yang cocok untuk hidupnya. Lingkungan atau tempat
yang cocok untuk kehidupannya disebut habitat. Dalam biologi kita sering membedakan istilah habitat untuk makhluk hidup mikro, seperti jamur dan bakteri, yaitu disebut substrat.
Dua spesies makhluk hidup dapat menempati habitat yang sama, tetapi tetap memiliki relung (nisia) berbeda.
Nisia adalah status fungsional suatu organisme dalam ekosistem. Dalam
nisianya, organisme tersebut dapat berperan aktif, sedangkan organisme
lain yang sama habitatnya tidak dapat berperan aktif. Sebagai contoh
marilah kita lihat pembagian nisia di hutan hujan tropis.
A. Komponen dalam Ekosistem
1. Aliran Energi
Aliran energi dalam ekosistem mengalami tahapan proses sebagai berikut :
a. Energi
masuk ke dalam ekosistem berupa energi matahari, tetapi tidak semuanya
dapat digunakan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis. Hanya sekitar
setengahnya dari rata-rata sinar matahari yang sampai pada tumbuhan
diabsorpsi oleh mekanisme fotosintesis, dan juga hanya sebagian kecil,
sekitar 1-5 %, yang diubah menjadi makanan (energi kimia). Sisanya
keluar dari sistem berupa panas, dan energi yang diubah menjadi makanan
oleh tumbuhan dipakai lagi untuk proses respirasi yang juga sebagai
keluaran dari sistem.
b.
Energi yang disimpan berupa materi tumbuhan mungkin dilakukan melalui
rantai makanan dan jaring-jaring makanan melalui herbivora dan
detrivora. Seperti telah diungkapkan sebelumnya, terjadinya kehilangan
sejumlah energi diantara tingkatan trofik, maka aliran energi berkurang
atau menurun ke arah tahapan berikutnya dari rantai makanan. Biasanya
herbivora menyimpan sekitar 10 % energi yang dikandung tumbuhan,
demikian pula karnivora menyimpan sekitar 10 % energi yang dikandung
mangsanya.
- Apabila materi tumbuhan tidak dikonsumsi, maka akan disimpan dalam sistem, diteruskan ke pengurai, atau diekspor dari sistem sebagai materi organik.
- Organisme-organisme pada setiap tingkat konsumen dan juga pada setiap tingkat pengurai memanfaatkan sebagian energi untuk pernafasannya, sehingga terlepaskan sejumlah panas keluar dari system
- Dikarenakan ekosistem adalah suatu sistem terbuka, maka beberapa materi organik mungkin dikeluarkan menyeberang batas dari sistem. Misalnya akibat pergerakan sejumlah hewan ke wilayah, ekosistem lain, atau akibat aliran air sejumlah gulma air keluar dari sistem terbawa arus.
1, Rantai Makanan dan Jaring Jaring Makanan.
adalah pengalihan energi dari sumbernya dalam tumbuhan melalui sederetan organisme yang makan dan yang dimakan
Apabila
antara rantai makanan yang satu dengan yang lainnya terdapat hubungan
(ada komponen yang sama), maka beberapa rantai makanan akan membentuk
jaring-jaring makanan.
Berikut ini contoh jaring-jaring makanan :
2. Piramida Ekologi
Struktur
trofik dapat disusun secara urut sesuai hubungan makan dan dimakan antar
trofik yang secara umum memperlihatkan bentuk kerucut atau piramid.
Gambaran susunan antar trofik dapat disusun berdasarkan kepadatan
populasi, berat kering, maupun kemampuan menyimpan energi pada tiap
trofik yang disebut piramida ekologi. Piramida ekologi ini berfungsi
untuk menunjukkan gambaran perbandingan antar trofik pada suatu
ekosistem. Pada tingkat pertama ditempati produsen sebagai dasar dari
piramida ekologi, selanjutnya konsumen primer, sekunder, tersier sampai
konsumen puncak.
Dikenal
ada tiga macam piramida ekologi antara lain piramida jumlah, piramida
biomassa dan piramida energi. Gambaran ideal suatu piramida ekologi
adalah sebagai berikut.
3. Piramida Energi
Piramida
energi adalah piramida yang menggambarkan hilangnya energi pada saat
perpindahan energi makanan di setiap tingkat trofik dalam suatu
ekosistem.
Seringkali
piramida biomassa tidak selalu memberi informasi yang kita butuhkan
tentang ekosistem tertentu. Lain dengan Piramida energi yang dibuat
berdasarkan observasi yang dilakukan dalam waktu yang lama. Piramida
energi mampu memberikan gambaran paling akurat tentang aliran energi
dalam ekosistem.
Pada piramida
energi terjadi penurunan sejumlah energi berturut-turut yang tersedia di
tiap tingkat trofik. Berkurang-nya energi yang terjadi di setiap trofik
terjadi karena hal-hal berikut.
1). Hanya sejumlah makanan tertentu yang ditangkap dan dimakan oleh tingkat trofik selanjutnya.
2). Beberapa makanan yang dimakan tidak bisa dicemakan dan dikeluarkan sebagai sampah.
3). Hanya sebagian makanan yang dicerna menjadi bagian dari tubuh organisme, sedangkan sisanya digunakan sebagai sumber energi.
4. Piramida Biomassa
Piramida
biomassa yaitu suatu piramida yang menggambarkan berkurangnya transfer
energi pada setiap tingkat trofik dalam suatu ekosistem. Pada piramida
biomassa setiap tingkat trofik menunjukkan berat kering dari seluruh
organisme di tingkat trofik yang dinyatakan dalam gram/m2. Umumnya
bentuk piramida biomassa akan mengecil ke arah puncak, karena
perpindahan energi antara tingkat trofik tidak efisien. Tetapi piramida
biomassa dapat berbentuk terbalik.
Misalnya di
lautan terbuka produsennya adalah fitoplankton mikroskopik, sedangkan
konsumennya adalah makhluk mikroskopik sampai makhluk besar seperti paus
biru dimana biomassa paus biru melebihi produsennya. Puncak piramida
biomassa memiliki biomassa terendah yang berarti jumlah individunya
sedikit, dan umumnya individu karnivora pada puncak piramida bertubuh
besar.
5. Piramida Jumlah
Yaitu suatu piramida yang menggambarkan jumlah individu pada setiap tingkat trofik dalam suatu ekosistem.
Piramida
jumlah umumnya berbentuk menyempit ke atas. Organisme piramida jumlah
mulai tingkat trofik terendah sampai puncak adalah sama seperti piramida
yang lain yaitu produsen, konsumen primer dan konsumen sekunder, dan
konsumen tertier. Artinya jumlah tumbuhan dalam taraf trofik pertama
lebih banyak dari pada hewan (konsumen primer) di taraf trofik kedua,
jumlah organisme kosumen sekunder lebih sedikit dari konsumen primer,
serta jumlah organisme konsumen tertier lebih sedikit dari organisme
konsumen sekunder.
D. Interaksi Antar Komponen
Interaksi antar komponen ekologi dapatmerupakan interaksi antar organisme, antar populasi, dan antar komunitas.
- Interaksi antar organisme
Semua makhluk
hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu
akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain
jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari
populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar
kita.Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan
ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan
sebagai berikut.
a. Netral
Hubungan tidak
saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat
tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut
netral. Contohnya : antara capung dan sapi.
b. Predasi
Predasi adalah
hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat
erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator
juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : Singa dengan
mangsanya, yaitu kijang, rusa,dan burung hantu dengan tikus.
c. Parasitisme
Parasitisme
adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu
organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari
hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya.contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan benalu dengan pohon inang.
d. Komensalisme
Komensalisme
merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk
kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies
diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek
dengan pohon yang ditumpanginya.
e. Mutualisme
Mutualisme
adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling
menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.
2. Interaksi Antar populasi
Antara
populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara
langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antar
populasi adalah sebagai berikut.
Alelopati merupakan
interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang
dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon
walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini
menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah
alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu.
Kompetisi merupakan
interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang
sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan.
Contoh, persaingan antara populasi kambing dengan populasi sapi di
padang rumput.
3. Interaksi Antar Komunitas
Komunitas
adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan
saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan
sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya
padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari
ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara
komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran
nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari
kedua komunitas tersebut. Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena
tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan.
Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur karbon.
Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat.
4. Interaksi Antar komponen Biotik dengan Abiotik
Interaksi
antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem.
Hubunganantara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya
aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem
terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik,
serta siklus materi.
Dengan adanya
interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan
keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini
merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak
diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem
untuk mencapai keseimbangan baru.
C. Keseimbangan Ekosistem
Ekosistem
terbentuk dari komponen hidup dan tak hidup di suatu tempat yang
berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur.Keteraturan itu
terjadi oleh adanya siklus materi dan aliran energi yang terkendalikan
oleh arus informasi antar komponen dalam ekosistem. Masing-masing
komponen memiliki fungsi yang berbeda- berbeda. Selama masing-masing
komponen itu melakukan fungsinya dan bekerja sama dengan baik,
keteraturan ekosistem itupun terjaga. Keteraturan itu menunjukkan bahwa
ekosistem berada dalam keseimbangan tertentu. Dapatkah kamu memberi
contoh ekosistem yang seimbang ? Untuk lebih memahami ekosistem yang
seimbang perhatikan grafik dinamika populasi dibawah ini !
. Waktu
Gambar 10. 8. Dinamika Populasi harimau dengan rusa (mangsanya)
Diskusikan
dengan teman sebangkumu, apa makna grafik tersebut ? Jika grafik
tersebut adalah gambaran suatu ekosistem yang seimbang, dapatkah kamu
mengidentifikasi, bagaimana karakteristik suatu ekosistem yang
seimbang ?
Dalam suatu ekosistem terdapat suatu keseimbangan yang dinamakan homeostasis,
yaitu kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai perubahan dalam
sistem secara keseluruhan. Dengan kemampuan seperti ini ekosistem mampu
mendukung manusia dan makhluk hidup yang lainnya untuk hidup secara
normal dan wajar. Kemampuan seperti ini akan memberikan dukungan
secara maksimum terhadap populasi dalam habitat tertentu, tanpa
berdampak mengganggu produktivitas habitat tersebut. Kemampuan
lingkungan untuk mendukung manusia dan perikehidupan yang lainnya,
bukanlah terfokus pada maksimum populasi, tetapi maksimum “beban”
lingkungan yang dapat terjaga. .
Meskipun suatu
ekosistem mempunyai daya tahan yang besar terhadap suatu perubahan,
namun biasanya batas mekanisme homeostasis, dengan mudah dapat
diterobos oleh kegiatan manusia. Misalnya sebuah sungai yang dikotori
oleh pembuangan sampah yang terlalu banyak, sungai itu dapat
dijernihkan kembali airnya secara alami, sehingga secara keseluruhan
sungai itu dianggap tidak tercemar. Tetapi apabila sampah yang masuk
terlalu banyak, apalagi mengandung bahan beracun berbahaya, maka batas homeostasis
alami sungai itu terlampaui dan bahkan menyebabkan kerusakan
ekosistem. Kemampuan suatu ekosistem untuk pulih kembali seperti semula
(kondisi seimbang), setelah mengalami kerusakan sering dinamakan Daya lenting / (resiliensi). Sebutkan
salah satu contoh gejala kerusakan ekosistem di sekitar tempat
tinggalmu ! Kenalilah penyebab terjadinya gejala itu ! Apakah upaya
yang dapat kamu lakukan untuk mengatasinya ? Diskusikan dengan teman
sebangkumu!
1. Suksesi Ekologi
Tidak satupun
yang bersifat tetap di dunia ini, semuanya berubah seiring dengan
perjalanan waktu. Bagian-bagian kecil suatu komunitas di alam juga
berubah, begitu pula komunitas secara keseluruhan. Perubahan yang
terjadi dalam komunitas dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang
terdapat dalam komunitas tadi. Jadi komunitas apa yang akan terbentuk
di kemudian hari dipengaruhi oleh apa yang terjadi sekarang dengan
komunitas ini. Pernahkah kamu memperhatikan perubahan komunitas gulma
pada Ekosistem sawah pada fase vegetatif tanaman padi ?
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat dengan mudah
diamati, dan seringkali perubahan itu berupa pergantian satu komunitas
oleh komunitas lain. Bila diamati dalam kurun waktu tertentu akan
terlihat bahwa komunitas yang terbentuk pada akhir kurun waktu
tertentu sangat berbeda, baik dalam komposisi jenis maupun
strukturnya dengan komunitas yang terbentuk pada awal pengamatan. Hanya
sedikit sekali komunitas yang dapat bertahan tanpa perubahan untuk
jangka waktu yang lama. Semua komunitas memperlihatkan suatu pola
perubahan. Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju
ke satu arah secara teratur dinamakan suksesi ekologi
Suksesi
terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah
komunitas klimaks. Sekurang-kurangnya ada enam gradasi perubahan dalam peristiwa suksesi. Pertama nudasi yang ditandai adanya pembentuk substrat baru. Diikuti migrasi
berupa kehadiran alat-alat pembiakan, yang ditandai oleh invasi (
serbuan suatu organisme dari luar wilayah). Dilanjutkan dengan exceses yang ditandai oleh perkecambahan, pertumbuhan dan reproduksi. Kolonisasi (tumbuh dan berkembangnya sekelompok organisme) merupakan
sebagian proses yang terjadi pada tahap eksesis . Peristiwa
selanjutnya adalah terjadinya kompetisi yang akan mengakibatkan
pergantian populasi. Dengan adanya pergantian populasi maka akan
terjadi reaksi yang diikuti perubahan habitat dari spesies yang ada,
dan akhirnya terbentuk komunitas klimaks sebagai final stabilisasi.
Ahli ekologi
umumnya membedakan suksesi menjadi suksesi primer dan suksesi sekunder.
Perbedaan suksesi ini terletak pada kondisi habitat pada awal proses
suksesi terjadi. Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu.
Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara
total sehingga di tempat komunitas asal tersebut terbentuk habitat
baru atau substrat baru. Pada habitat baru ini tidak ada lagi
organisme yang membentuk komunitas asal yang tertinggal. Gangguan
seperti ini dapat terjadi secara alami ( misalnya tanah longsor,
letusan gunung berapi, endapan Lumpur baru di muara sungai dan endapan
pasir di pantai) atau di buat oleh manusia ( penambangan timah dan batu
bara, tepi jalan yang dipapas bersih, dan sebagainya). Berikut
diagram suksesi khas di darat
2. Ekosistem Suksesi
Merupakan
ekosistem yang berkembang setelah terjadin perusakan terhadap ekosistem
alami. Ada dua macam ekosistem suksesi, yaitu ekosistem suksesi primer dan ekosistem suksesi sekunder.
a..Ekosistem suksesi primer
terjadi bila
komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas
asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal terbentuk
habitat baru. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah
longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara
sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena
perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi.
Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuknya suksesi di Gunung
Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan
gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta
tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan.
Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan
lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana.
Bila tumbuhan
perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang
terbentuk karena aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan
lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan adanya
tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur.
Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu
tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan
menaunginya. Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi
sebaliknya.
b. Ekosistem suksesi sekunder
berkembang
setelah ekosistem alami rusak tetapi terbentuk habitat baru. Contoh,
misalnya penebangan pohon di hutan sampai habis.Ekosistem suksesi
sekunder dapat pula berkembang dari ekosistem buatan yang ditinggalkan
secara alami. Contohnya sawah atau ladang tegalan-tegalan, padang
alang-alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak
terurus.
Bila suatu
komunitas atau ekosistem alami terganggu, baik secara alami atau
buatan ( misal oleh perbuatan manusia), dan gangguan tersebut tidak
merusak total tempat tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut
substrat lama dan kehidupan masih ada, maka pada substrat tersebut akan
terjadi suksesi sekunder. Banjir, kebakaran secara alami, angin kencang
dan gelombang laut (tsunami) merupakan gangguan alami, sedangkan
penebangan hutan secara selektif (misalnya sistem tebang pilih), dan
pembakaran padang rumput secara sengaja merupakan gangguan buatan.
Contoh klasik
suksesi primer adalah pembentukan dan perkembangan komunitas di
kepulauan krakatau setelah gunung krakatau meletus tahun 1883. Selama
seratus tahun sejak letusan tersebut, perubahan komunitas banyak
ditelaah oleh para ahli ekologi. Perubahan vegetasi yang terjadi dapat
disarikan pada gambar di bawah ini.
Sampai saat
ini belum banyak diketahui penelitian tentang suksesi sekunder yang
terperinci dan dimonitor dalam jangka panjang pada tempat yang sama
seperti pada suksesi primer di Krakatau. Meskipun demikian dari data
yang berasal dari berbagai tempat dan diambil pada waktu yang berbeda
mengenai proses suksesi setelah hutan alam tanah rendah di daerah
iklim basah setelah ditebang habis dapat digambarkan sebagai berikut
Proses dan
faktor yang berperan pada suksesi sekunder sama dengan yang berlaku
pada suksesi primer. Diantara factor yang mempengaruhi macam komunitas
yang terbentuk dan kecepatan suksesi adalah luasnya komunitas asal yang
rusak, jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang
terganggu, kehadiran pemencar biji dan benih, iklim (terutama arah dan
kecepatan angina serta curah hujan), macam substrat baru yang terbentuk,
dan sifat-sifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya
suksesi.
Berdasarkan
pengaruh musim terhadap pembentukan komunitas klimaks, ada dua
hipotesis yang banyak diajukan oleh para ahli ekologi. Hipotesis pertama
adalah Hipotesis Monoklimaks yang menyatakan bahwa pada daerah
bermusim tetentu hanya terdapat satu komunitas klimaks. Hipotesis
kedua mengatakan bahwa klimaks dipengaruhi oleh berbagai factor
abiotik seperti keadaan tanah, drainase, dan topografi dengan salah
satu factor yang bersifat dominan. Hipotesis ini dikenal dengan nama Hipotesis Poliklimaks.
Berdasarkan
tingkat klimaks yang dicapai karena lingkungan tempat suksesi itu
terjadi, maka dikenal beberapa tipe klimaks, yaitu hidrosere (Klimaks pada lingkungan air), halosera ( klimaks pada lingkungan payau), dan xerosere ( klimaks pada lingkungan kering).
D. Biogeokimia
Biogeokimia adalah pertukaran atau perubahan yang terus menerus, antara komponen biosfer yang hidup dengan tak hidup.
Dalam suatu
ekosistem, materi pada setiap tingkat trofik tidak hilang. Materi berupa
unsur-unsur penyusun bahan organik tersebut didaur-ulang. Unsur-unsur
tersebut masuk ke dalam komponen biotik melalui udara, tanah, dan air.
Daur ulang materi tersebut melibatkan makhluk hidup dan batuan
(geofisik) sehingga disebut Daur Biogeokimia.
- Fungsi
Fungsi Daur Biogeokimia adalah sebagai siklus materi yang mengembalikan semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat terjaga. - Macam-macam Daur Biogeokimia
- Daur Nitrogen
Di alam,
Nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti urea, protein,
dan asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti ammonia, nitrit,
dan nitrat.
1). Tahap pertama
Daur nitrogen
adalah transfer nitrogen dari atmosfir ke dalam tanah. Selain air hujan
yang membawa sejumlah nitrogen, penambahan nitrogen ke dalam tanah
terjadi melalui proses fiksasi nitrogen. Fiksasi nitrogen secara
biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan
polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu
ganggang hijau biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi
nitrogen.
2). Tahap kedua
Nitrat yang di
hasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen (tumbuhan)
diubah menjadi molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan
mati, mahluk pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam
ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini disebut dengan
amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dan senyawa ammonium
menjadi nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalam tanah terbatas,
nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida
nitrogen oleh proses yang disebut denitrifikasi.
b. Daur Fosfor
Unsur fosfor
merupakan unsur yang penting bagi kehidupan, tetapi persediaannya sangat
terbatas. Dengan kemampuannya untuk membentuk ikatan kimia berenergi
tinggi, fosfor sangat penting dalam transformasi energi pada semua
organisme. Sumber fosfor terbesar dari batuan dan endapan-endapan yang
berasal dari sisa makhluk hidup. Sumber ini lambat laun akan mengalami
pelapukan dan erosis, bersamaan dengan itu fosfor akan dilepaskan ke
dalam ekosistem. Tetapi sebagian besar senyawa fosfor akan hilang ke
perairan dan diendapkan. Fosfor dalam tubuh merupakan unsur penyusun
tulang, gigi, DNA atau RNA, dan protein. Daur fosfor dimulai dari adanya
fosfat anorganik yang berada di tanah yang diserap oleh tumbuhan. Hewan
yang memakan tumbuhan akan memperoleh fosfor dari tumbuhan yang
dimakannya. Tumbuhan atau hewan yang mati ataupun sisa ekskresi hewan
(urine dan feses) yang berada di tanah, oleh bakteri pengurai akan
menguraikan fosfat organik menjadi fosfat anorganik yang akan dilepaskan
ke ekosistem.
c.Daur Karbon dan Oksigen
1). Proses
timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler bertanggung jawab atas
perubahan dan pergerakan utama karbon. Naik turunnya CO2 dan O2
atsmosfer secara musiman disebabkan oleh penurunan aktivitas
Fotosintetik. Dalam skala global kembalinya CO2 dan O2 ke atmosfer
melalui respirasi hampir menyeimbangkan pengeluarannya melalui
fotosintesis.
2). Akan
tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menambahkan lebih banyak
lagi CO2 ke atmosfir. Sebagai akibatnya jumlah CO2 di atmosfer
meningkat. CO2 dan O2 atmosfer juga berpindah masuk ke dalam dan ke luar
sistem akuatik, dimana CO2 dan O2 terlibat dalam suatu keseimbangan
dinamis dengan bentuk bahan anorganik lainnya.
c. Daur Belerang (Sulfur)
Belerang
dalam tubuh organisme merupakan unsur penyusun protein. Di alam, sulfur
(belerang) terkandung dalam tanah dalam bentuk mineral tanah dan di
udara dalam bentuk SO atau gas sulfur dioksida. Ketika gas sulfur
dioksida yang berada di udara bersenyawa dengan oksigen dan air, akan
membentuk asam sulfat yang ketika jatuh ke tanah akan menjadi bentuk
ion-ion sulfat (SO4 2- ). Kemudian ion-ion sulfat tadi akan diserap oleh
tumbuhan untuk menyusun protein dalam tubuhnya. Ketika manusia atau
hewan memakan tumbuhan, maka akan terjadi perpindahan unsur belerang
dari tumbuhan ke tubuh hewan atau manusia. Ketika hewan atau tumbuhan
mati, jasadnya akan diuraikan oleh bakteri dan jamur pengurai dan
menghasilkan bau busuk, yaitu gas hidrogen sulfida (H2S) yang akan
dilepas ke udara dan sebagian tetap ada di dalam tanah. Gas hidrogen
sulfida yang ada di udara akan bersenyawa dengan oksigen membentuk
sulfur oksida, dan yang di tanah oleh bakteri tanah akan diubah menjadi
ion sulfat dan senyawa sulfur oksida yang nanti akan diserap kembali
oleh tumbuhan.
d. Daur Hidrologi (Air)
Sinar matahari
akan menguapkan air yang ada di laut, sungai, dan danau. Demikian juga
air dari tanah dan tumbuhan yang berada di darat. Air tersebut akan
menjadi uap air dan naik ke angkasa menjadi awan. Hal itu disebut
penguapan. Di angkasa, awan yang mengandung uap air mengalami pembekuan
sehingga membentuk butiran-butiran air. Hal itu terjadi, karena semakin
tinggi tempat di permukaan bumi, maka semakin rendah suhu udaranya.
Mengingat butiran air lebih berat daripada udara, butiran air tersebut
akan jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan. Air yang jatuh, sebagian
akan diserap oleh tanah, sebagian menggenang di permukaan bumi berupa
danau atau kolam. Sebagian lagi, mengalir ke sungai hingga laut.Setelah
mencapai tanah siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga
cara yang berbeda:
1). Evaporasi (transpirasi)
Air yang ada
di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dan sebagainya, kemudian
akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan akan menjadi awan. Pada keadaan
jenuh, uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang
selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es,
dan kabut.
2). Infiltrasi (perkolasi)
Ke dalam tanah
air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan
batuan menuju permukaan air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi
kapiler, atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal di
bawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air
permukaan.
3). Air permukaan
Air bergerak
di atas permukaan tanah, dekat dengan aliran utama dan danau, makin
landai lahan maka makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan
semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah
urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai
utama yang membawa seluruh air permukaan di sekitar daerah aliran sungai
menuju laut.
Habitat dan Relung
Tempat hidup
makhluk hidup dinamakan habitat, Habitat dalam batas tertentu sesuai
dengan persyaratan hidup makhluk yang menghuninya. Batas bawah
persyaratan hidup disebut nilai minimum sedangkan batas atasnya dinamakan nilai maksimum. Antara dua kisaran itu terdapat nilai optimum.
Apabila sifat habitat berubah sampai diluar nilai minimum atau
maksimum, makhluk hidup akan mati atau melakukan migrasi. Apabila
perubahannya lambat, terjadi selama beberapa generasi, makhluk hidup
umumnya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Melalui proses
adaptasi memungkinkan terjadinya perubahan sifat dari suatu makhluk. Di
alam dapat juga ditemukan suatu makhluk yang memiliki habitat yang
lebih dari satu.
Dalam
habitatnya suatu makhluk memiliki cara tertentu untuk untuk dapat
mempertahankan hidupnya. Kedudukan funsional suatu organisme dalam
komunitasnya sering dinamakan Relung (Niche = Nisia).
Oleh karena itu relung adalah status suatu organisme dalam suatu
komunitas dan atau ekosistem, sebagai akibat adaptasi struktural,
tanggap fisiologis serta perilaku spesifik organisme tertentu. Jadi
relung suatu organisme bukan hanya ditentukan oleh tempat hidup
organisme, tetapi juga ditentukan oleh fungsi yang dikerjakannya.
Termasuk disini adalah cara suatu spesies memanfaatkan sumber daya
yang ada untuk bertahan hidup, juga bagaimana keberadaan suatu species
mempengaruhi organisme di sekelilingnya. Berdasarkan pernyataan diatas,
kiranya dapat dimengerti jika habitat dapat disamakan dengan alamat sedangkan Relung identik dengan profesi.
Beberapa makhluk dapat hidup bersama
dalam suatu habitat. Hidup bersama dalam suatu habitat, barangkali bukan
menjadi suatu masalah jika memiliki relung yang berbeda. Namun, apabila
beberapa makhluk memiliki relung yang sama, menempati habitat yang
sama dapat memunculkan interaksi yang antagonis. Makin tumpangtindih
relung antara dua jenis makhluk hidup, semakin tinggi tingkat
persaingannya. Dalam keadaan yang demikian maka masing-masing jenis
akan memiliki efisiensi cara hidup atau profesi yang makin tinggi,
sehingga relungnya akan makin menyempit. Ini berarti semakin rentan
terhadap suatu gangguan.
Kajian ekosistem merupakan kajian yang
luas. Ekosistem dikaji pada suatu rumpun ilmu yang bernama Ekologi.
Berdasarkan bidang kajiannya, ekologi dapat dibedakan menjadi Autekologi, Sinekologi, Pembagian menurut habitat dan Pembagian menurut taksonomi. Autekologi
mempelajari suatu jenis organisme yang berinteraksi dengan
lingkungannya, biasanya ditekankan pada aspek siklus hidup, adaptasi,
sifat parasit atau non parasit dan lain-lain. Contoh seluk beluk
ekologi penyu di habitat aslinya. Sinekologi mengkaji berbagai
kelompok organisme sebagai suatu kesatuan yang saling berinteraksi
dalam suatu daerah tertentu. Dalam hal ini antara lain melahirkan konsep
ekologi jenis, ekologi populasi, ekologi komunitas dan ekologi
ekosistem. Pembagian menurut habitat antara lain melahirkan konsep Ekologi Bahari, Ekologi Perairan Tawar, Ekologi Darat, Ekologi Estuaria. Sedangkan pembagian menurut taksonomi
adalah pembagian yang didasarkan atas sistematika makhluk hidup. Oleh
karena itu dikenal adanya Ekologi tumbuhan, Ekologi serangga,
Ekologi hewan tanah, Ekologi mikroba dan sebagainya.
Gambar 10.15. Relung-relung
G. Ekosistem1. Komponen Ekosistem
Berdasarkan fungsinya suatu ekosistem terdiri dari dua komponen yaitu (1) komponen autotrophik
( autos = sendiri, trophikhos = menyediakan makanan) artinya
organisme yang mampu menyediakan atau mensintesis makannya sendiri
berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan sinar matahari
dan klorofil (2) komponen heterotrophik ( hetero = berbeda,
lain) artinya organisme yang hanya mampu memanfaatkan bahan oraganik
sebagai makannya dan bahan tersebut disintesis dan disediakan oleh
organisme lain Berdasarkan komponen penyusunnya, komponen ekosistem
dapat dibedakan menjadi empat (4) komponen yaitu :
- Komponen autotrof
(Auto = sendiri dan trophikos = menyediakan makan).
Autotrof adalah organisme yang mampu
menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari
bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia.
Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan
hijau.
- Komponen heterotrof
(Heteros = berbeda, trophikos = makanan).
Heterotrof merupakan organisme yang
memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut
disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah
manusia, hewan, jamur, dan mikroba.
c. Bahan tak hidup (abiotik)
Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan
kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak
hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan,
atau lingkungan tempat hidup.
d. Pengurai (dekomposer)
Pengurai adalah organisme heterotrof yang
menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan
organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian
tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan
kembali oleh produsen. Contoh pengurai ini adalah bakteri dan jamur.
termasuk dalam kelompok tersebut adalah perombak dan detritifor.
Perombak adalah Organisme yang mampu merombak bahan organik kompleks,
dan menyerap sebagian hasil perombakannya. Organisme ini mampu
menghasilkan enzim pencerna bangkai atau bahan organik buangan lainnya.
Detritifor adalah organisme pemakan detritus (yaitu fragmen, hancuran, remukan, bagian-bagian lembut dari bahan yang sudah terurai).
Kualitas dan kuantitas komponen dalam
suatu ekosistem berbeda-beda. Jika susunan komponen biotik dan
abiotiknya berbeda maka interaksi yang terjadi antar komponen akan
berubah, karena itulah setiap ekosistem mempunyai penampilan yang tidak
sama. Perbedaan ini akan terlihat pada ciri keseutuhan ekosistem, baik
menyangkut proses pengambilan dan perpindahan energi, pendauran
materi maupun produktivitasnya. Kombinasi organisme dan unsur
lingkungan dalam sebuah ekosistem selalu menunjukkan penampilan yang
khas. Kondisi inilah yang mungkin melahirkan tipe ekosistem yang
beraneka ragam.
2. Macam-macam Ekosistem
Secara garis besar ekosistem dibedakan
menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan
dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut. Para ahli
ekologi umumnya membagi tipe ekosistem di bumi menjadi tiga ekosistem
utama yaitu ekosistem darat (terrestrial ecosystem), ekosistem perairan (aquatic ecosystem) dan ekosistem buatan.
a. Ekosistem darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang
lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya
(garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma,
yaitu sebagai berikut.
1. Bioma gurun
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput.
Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan
curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu slang hari tinggi (bisa mendapai
45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat
rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat
besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain
itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri
contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta
mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara
lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.
2. Bioma padang rumput
Bioma ini terdapat di daerah yang
terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya adalah curah
hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur.
Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Dibagi
menjadi 2 : Sabana dan Stepa
a. Bioma Stepa (Padang Rumput)
Bioma padang rumput membentang mulai dari
daerah tropis sampai dengan daerah beriklim sedang, seperti Hongaria,
Rusia Selatan, Asia Tengah, Amerika Selatan, Australia.
Ciri-ciri:
- Curah hujan antara 25 – 50 cm/tahun, di beberapa daerah padang rumput curah hajannya dapat mencapai 100 cm/tahun.
- Curah hujan yang relatif rendah turun secara tidak teratur.
- Turunnya hujan yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas dan drainase kurang baik sehingga tumbuh-tumbuhan sukar mengambil air.
Lingkungan biotik:
– Flora: tumbuhan yang mampu beradaptasi
dengan daerah dengan porositas dan drainase kurang baik adalah rumput,
meskipun ada pula tumbuhan lain yang hidup selain rumput, tetapi karena
mereka merupakan vegetasi yang dominan maka disebut padang rumput. Nama
padang rumput bermacam-macam seperti stepa di Rusia Selatan, puzta di Hongaria, prairi di Amerika Utara dan pampa di Argentina.
– Fauna: bison dan kuda liar (mustang) di
Amerika, gajah dan jerapah di Afrika, domba dan kanguru diAustralia.
Karnivora : singa, srigala, anjing liar, cheetah.
Bioma sabana adalah padang rumput dengan diselingi oleh gerombolan pepohonan.
Berdasarkan jenis tumbuhan yang menyusunnya, sabana dibedakan menjadi dua, yaitu sabana murni dan sabana campuran.
– Sabana murni : bila pohon-pohon yang menyusunnya hanya terdiri atas satu jenis tumbuhan saja.
– Sabana campuran : bila pohon-pohon penyusunnya terdiri dari campuran berjenis-jenis pohon.
3. Bioma Hutan Tropis
Bioma hutan tropis merupakan bioma yang
memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan yang paling tinggi.
Meliputi daerah aliran sungai Amazone-Orinaco, Amerika Tengah, sebagian
besar daerah Asia Tenggara dan Papua Nugini, dan lembah Kongo di Afrika.
Ciri-ciri:
– Curah hajannya tinggi, merata sepanjang tahun, yaitu antara 200 – 225 cm/tahun.
– Matahari bersinar sepanjang tahun.
– Dari bulan satu ke bulan yang lain perubahan suhunya relatif kecil
– Di bawah kanopi atau tudung pohon, gelap sepanjang hari, sehingga tidak ada perubahan suhu antara siang dan malam hari.
Flora: terdapat beratus-ratus spesies
tumbuhan. pohon-pohon dapat mencapai ketinggian 20 – 40 m, dengan
cabang-cabang berdaun lebat sehingga membentuk suatu tudung atau
kanopi.tumbuhan khas yang dijumpai adalah liana dan epifit. Liana adalah
tumbuhan yang menjalar di permukaan hutan, contoh: rotan.
Epifit adalah tumbuhan yang menempel pada
batang-batang pohon, dan tidak merugikan pohon tersebut, contoh:
Anggrek, paku Sarang Burung.
Fauna: di daerah tudung yang cukup sinar matahari, pada siang hari
hidup hewan-hewan yang bersifat diurnal yaitu hewan yang aktif pada siang hari, di daerah bawah kanopi dan daerah dasar hidup hewan- hewan yang bersifat nokfurnal yaitu hewan yang aktif pada malam hari, misalnya: burung hantu, babi hutan,kucing hutan, macan tutul.
4. Bioma hutan gugurhidup hewan-hewan yang bersifat diurnal yaitu hewan yang aktif pada siang hari, di daerah bawah kanopi dan daerah dasar hidup hewan- hewan yang bersifat nokfurnal yaitu hewan yang aktif pada malam hari, misalnya: burung hantu, babi hutan,kucing hutan, macan tutul.
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang,
Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
5. Bioma taigaCiri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
Bioma taiga terdapat di belahan bumi
sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu
di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun
atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan
tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang
hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim
gugur.
6. Bioma tundra
Bioma tundra terdapat di belahan bumi
sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di
puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60
hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken,
tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada
umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin.
Hewan yang hidup di daerah ini ada yang
menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas.
Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya
muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat
hitam.
b. Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain
variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh
oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis
ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan
terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya
telah beradaptasi.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya
bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga
hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti
sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai
akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di
habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan
atau isotonis.
Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton.
Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang
kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya
ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi
untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem
ekskresi, insang, dan pencernaan.
Habitat air tawar merupakan perantara
habitat laut dan habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat
berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.
- Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme.
- Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.
a). Plankton;
terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.
b). Nekton;
hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.
c). Neuston;
organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
d). Perifiton;
merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.
e). Bentos;
hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi
air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau
dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.
- Danau
Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi.
Di danau terdapat pembagian daerah
berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya
matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar.
Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di
danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal
tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.
a) Daerah litoral
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
Komunitas organisme sangat beragam
termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai
siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan
semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa
mamalia yang sering mencari makan di danau.
b). Daerah limnetik
Daerah ini merupakan daerah air bebas
yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini
dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri.
Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi
selama musim panas dan musim semi. Zooplankton yang sebagian
besar termasuk Rotifera dan udang-udangan kecil memangsa fitoplankton.
Zooplankton dimakan oleh ikan- ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan
yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan
burung pemakan ikan.
c). Daerah profundal
Daerah ini merupakan daerah yang dalam,
yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain menggunakan
oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yang
jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.
d). Daerah bentik
Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati.
Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu sebagai berikut :
a. Danau Oligotropik
danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif.
Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.
b. Danau Eutropik
danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif.
Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal.
Danau oligotrofik dapat berkembang
menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi organik yang masuk
dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia,
misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota
yang memperkaya danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor.
Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut.
Pengkayaan danau seperti ini disebut “eutrofikasi”. Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.
c. Ekosistem Air Laut ( Ekosistem Bahari )
Merupakan bagian terluas (kira-kira 70
%) di muka bumi. Beberapa karakteristik Ekosistem bahari antara lain,
Salinitasnya tinggi terutama di daerah tropika, semakin jauh dari
khatulistiwa salinitas berkurang. Salinitas di permukaan laut dan pada
kedalaman yang berbeda bervariasi. Memiliki kadar mineralnya tinggi,
dengan ion clorida merupakan ion yang terbanyak. Pengaruh faktor iklim
dan cuaca kurang begitu nampak dengan suhu permukan air laut di daerah
tropic berkisar antara 25 oc – 30 oc, makin ke arah kutub suhu menurun sampai 0 oc. Adanya aliran air laut dipengaruhi oleh adanya angin dan perputaran bumi.
Organisme yang ada di dalamnya antara
lain berbagai jenis tumbuhan, ikan laut, dan berbagai organisme
pengurai. Karena tekanan osmosis di luar sel lebih kecil daripada
tekanan osmosis di dalam sel, ikan laut menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dengan cara terus menerus minum melalui mulutnya, dan
sedikit mengeluarkan urine. Pengeluaran air dilakukan secara osmosis,
sedangkan garamnya diekskresikan melalui insang. Jika aikan air laut
memimiliki cara adaptasi yang demikian, bagaimana cara adaptasi ikan
air tawar ?
Berdasarkan jumlah cahaya yang dapat
diterima, ekosistem bahari dapat dibedakan menjadi dua yaitu daerah
fotik dan afotik. Daerah fotik adalah daerah yang cukup mendapat cahaya
matahari, sedangkan daerah afotik adalah daerah yang kurang atau tidak
mendapatkan cahaya matahari. Adakah perbedaan karakteristik organisme
yang hidup di daerah fotik dan afotik ? Diskusikan dengan teman
sebangkumu !
Berdasarkan sifat-sifat cara hidupnya, organisme perairan umumnya dapat dikelompokkan antara lain menjadi :
- Plankton, organisme yang umumnya sangat kecil, hidup melayang-layang di dalam air, Gerakan organisme ini sangat dipengaruhi oleh arus air. Dibedakan menjadi fitoplankton(tumbuhan) dan zooplankton (hewan)
- Nekton, organisme yang dapat bergerak bebas
- Neuston, organisme kecil yang bersandar atau berenang di permukaan air
- Perifiton, organisme yang menempel atau merayap pada organisme atau benda yang lain yang menyembul ke permukaan air
- Bentos, organisme yang hidup merayap atau melekat di dasar perairan
Kelompok ekosistem bahari dapat dibedakan menjadi ekosistem laut dalam, ekosistem pantai pasir dangkal (litoral) dan Ekosistem pasang surut.
1. Ekosistem laut dalam
Bagian lautan terdalam mempunyai suatu
lingkungan yang khas dan diperlukan adaptasi yang luar biasa untuk
memungkinkan kehidupan disini. Keadaan di kedalaman ini dingin, gelap
dan sunyi. Disini tidak terdapat produsen. Makanan untuk organisme hidup
berasal dari bahan organi yang mengendap dari bagian atas, sehingga
jumlahnya relative sedikit sekli. Adaptasi yang memungkinkan kehidupan
di bawah tekanan di kedalaman mengakibatkan jika terjadi perpindahan
ke lapisan atas maka organisme ini tidak dapat hidup. Keanekaragaman
dan jumlah organisme biasanya kurang dengan bertambah dalamnya lautan.
Dalam kegelapan abadi sebagian besar hewan berwarna hitam atau merah
tua dan mempunyai mata yang sangat peka.
Di kedalaman lautan kebanyakan hewan dapat membuat cahaya dalam tubuhnya atau serung dinamakan Bioluminisens( yunani: bios + lumon
= cahaya). Apakah manfaat bioluminisense bagi organisme ? Selain
sebagai identitas organisme, kemampuan ini juga menjadikan organisme
laut dalam dapat memikat mangsanya dan membantu organisme dalam
menghindarkan diri dari tanda bahaya. Beberapa contoh organisme
penghuni ekosistem laut dalam dapat dilihat pada gambar 10.26
2. Ekosistem Pantai Pasir Dangkal
Ekosistem ini umumnya terdapat di pantai
daerah pesisir yang terbuka dan jauh dari pengaruh sungai besar, tetapi
ada juga yang terletak di antara dua dinding batu terjal. Komunitas di
habitat ini biasanya didominasi oleh beberapa jenis rumput laut dan
beberapa macam alga seperti Enhalus acoroides, Halodule tridentata (rumput laut), Sargassum, dan Gracillaria (alga laut).
Ekosistem pantai pasir dangkal terdiri dari ekosistem terumbu karang, ekosistem pantai batu dan ekosistem pantai lumpur
( Wildan Yatin, 1986 : 12 )
a). Ekosistem terumbu karang (coral reef)
Ekosistem ini merupakan hasil kegiatan dan interaksi antara berbagai jenis organisme, di antaranya Colenterata, cacing laut, siput laut, kerang, dan alga berkapur (Halimeda).
Polip karang merupakan organisme kecil pembentuk cangkang kapur.
Cangkang ini terus bertumpuk menjadi bentuk yang padat dan massif yang
disebut terumbu karang. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem
yang produktif di bumi, dengan produktivitas fotosintesis yang besarnya
3000 kali lipat dari produktivits perairan di sekelilingnya. Kekayaan
terumbu karang bertumpu pada hubungan yang khusus antara karang dan
batuan. Dalam setiap polip terdapat puluhan ribu tumbuhan bersel satu
yang disebut zooxanthellae, yang menyediakan tambahan energi bagi
karang melalui proses fotosintsis. Tumbuhan ini juga mendaur ulang
zat-zat makanan. Karang menangkap zooplankton dan mangsa lainnya,
kotoran yang dikeluarkan karang digunakan oleh zooxanthellae. Terumbu karang terdapat di perairan yang jernih yang merupakan habitat bagi berbagai jenis ikan yang bernilai ekonomi.
Ekosistem jenis ini banyak dijumpai di pantai selatan Jawa, Bali, pulau-pulau sebelah barat Sumatra, Nusa Tenggara, dan Maluku.
( Sugiyanto, 1986 : 12 )
b). Ekosistem Pantai Batu
Ekosistem jenis ini merupakan batuan cadas yang berasal dari proses konglomerasi
(berkumpul dan menyatu) batu-batu kecil dengan tanah liat dan kapur
atau terbentuk dari bongkah-bongkahan batu granit yang besar-besar.
Ekosistem semacam ini terdapat di daerah pesisir yang berbukit dan
berdinding batu di pantai selatan Jawa, pantai barat Sumatra, Nusa
Tenggara, Bali dan sekitar Maluku. Di dalam ekosistem ini banyak
terdapat alga Echeuma spinosum, Gelidium,dan juga Sargassum.
c). Ekosistem Pantai Lumpur
Terdapat di sekitar muara sungai. Pantai
semacam ini banyak dijumpai di Jaawa, Sumatra, Kalimantan, dan
IrianJaya. Di dalam ekosistem ini berkembang komunitas pionir Avicenia (api-api), Sonneratia (bakau), dan rumput laut Enhalus acorides.
Hewannya yang paling banyak ialah ikan gelodok.
Tipe ekosistem muara sungai disebut juga ekosistem estuarlina.
Gambar 10.30. Pantai Lumpur / Hutan Mangrove di Teluk Jakarta
( Sugiyanto, 1986 : 122 )
3. Ekosistem Pasang Surut ( Ekosistem pantai )
Ekosistem pantai letaknya berbatasan
dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut, dipengaruhi oleh
siklus harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki
adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras.
Daerah paling atas pantai hanya terendam
saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang,
moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung
pantai.
Daerah tengah pantai terendam saat pasang
tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera,
anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting,
landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.
Daerah pantai terdalam terendam saat air
pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan
ikan serta rumput laut.
Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut.
- Formasi pes caprae karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).
- Formasi baringtonia didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina.
Bila tanah di daerah pasang surut
berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas.
Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang
oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat
digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk
tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera.
Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.
- F. Tipe-Tipe Ekosistem yang ada di Indonesia
Di pulau jawa sangat mudah menemukan
pohon kelapa, mangga, kambing, sapi, dan kerbau, tetapi pohon korma,
kangguru dan zebra, sulit ditemukannya. Burung cendrawasih banyak
ditemukan di Pulau Papua, tidak ditemukan di jawa. Pohon
bakau tidak akan tumbuh di pegunungan, hanya tumbuh di pantai berlumpur.
Ikan gurami hanya di air tawar, tidak akan hidup di laut. Mengapa hal
itu dapat terjadi ? Apakah yang menentukan keberadaan suatu organisme
dalam daerah tertentu ?
Organisme memiliki karakteristik dalam
sifat dan kemampuan adaptasi berbeda dalam memberikan respon terhadap
perubahan lingkungan. Ada yang dapat hidup di tempat yang lembab dan
lainnya hanya dapat hidup pada lingkungan kering. Beberapa organisme
dapat bertahan karena sinar matahari, sementara itu organisme lainnya
memerlukan tempat yang teduh atau bahkan gelap. Faktor-faktor
lingkungan yang bekerja melalui toleransi( latin: tolerare = menahan diri, memikul keadaan),
memilih macam-macam organisme yang dapat hidup dalam suatu tempat
tertentu. Kemampuan beradaptasi dan mempertahankan diri inilah yang
melahirkan tipe-tipe ekosistem yang berbeda.
Apapun tipe ekosistemnya, pada dasarnya
memiliki struktur yang sama yaitu adanya interaksi antara sumber
energi, produsen, konsumen dan pengurai. Letak perbedaanya hanyalah
jenis organisme yang menempatkan diri pada komponen fungsionalnya. Coba
kamu bandingkan jenis organisme yang berperan sebagai konsumen primer
pada ekosistem kolam dan ekosistem sawah ? Untuk mengenali tipe-tipe
ekosistem pada umumnya kita menggunakan ciri-ciri komunitas yang
menonjol. Khusus untuk ekosistem daratan yang kita gunakan adalah
komunitas vegetasinya, karena wujud vegetasi merupakan penampakan
luarinteraksi antara tumbuhan, hewan dan lingkungannya.
- 1. Ekosistem Darat Alami
Berdasarkan komunitas vegetasi yang
mendominasi, di Indonesia terdapat tiga bentuk ekosistem darat alami,
yaitu vegetasi pamah, vegetasi pegunundan dan vegetasi monsun
- a. Vegetasi Pamah
Ekosistem jenis ini merupakan bagian
terbesar dari hutan di Indonesia, yaitu di Sumatra, Kalimantan, dan
Irian. Terletak pada ketinggian antara 0 – 1.000 di atas permukaan laut
(dpl).
Ditinjau dari segi vegetasinya dapat
dibagi lagi menjadi vegetasi hutan rawan dan vegetasi darat, contohnya
hutan bakau, hutan sagu dan hutan rawa gambut. Beberapa contoh vegetasi
pamah di antaranya ialah:
1). Hutan bakau
Di Indonesia luasnya kurang lebih sekitar
4.250.000 hektar dan tersebar di seluruh kepulauan. Jumlah jenis
ntumbuhan dalam hutan bakau tercatat sekitar 95 jenis. Tampaknya hutan
bakau seragam tetapi di tempat yang banyak karangnya tumbuhan ini kurang
subur dan ukurannya lebih pendek dan kecil. Tumbuhan bakau yang subur
dengan ukuran besar terdapat di muara sungai.
Fauna hutan bakau umumnya dari jenis moluska, kepiting, dan ular air.
2). Hutan rawa air tawar
Ekosistem jenis ini terdapat di belakang
hutan bakau. Populasinya padat dengan kanopi yang lebat dan pada
kondisi yang baik pohon-pohon dapat mencapai ketinggian sekitrar 30
meter dan merata.
3). Vegetasi terna rawa
Ekosistem jenis ini umumnya didominasi oleh jenis rumput-rumputan. Banyak dijumpai di Sumatra, Kalimantan, dan Irian Jaya.
4). Vegetasi pantai pasir karang
Dapat dibedakan atas begetasi yang berbentuk terna (formasi pescaprae) dan vegetasi yang berbentuk perdu dan pohon (formasi Barringtonia).
Kedua macam vegetasi ini banyak terdapat di tepi pantai yang berpasir
atau berkarang tetapi tidak terlalu jauh dari pantai ke arah darat.
5). Hutan rawa gambut
Vegetasi di daerah ini tinggi-tinggi
tetapi kurus dan tidak lebart karena tanahnya mengandung timbunan gambut
yang bersifat asam dengan kandungan zat hara sangat rendah. Dari tepi
sampai ke bagian tengah hutan gambut dapat dibedakan tiga tipe, yaitu hutan rawa gambut campuran, hutan rawa gambut campuran transisi, dan padang yang terentang.
Ketiga tipe hutan ini selalu lengkap pada setoap lokasi hutan rawa
gambut dan banyak terdapat di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
6). Hutan sagu
Ada dua tipe hutan sagu, yaitu hutan sagu murni dan hutan sagu campuran
dengan pohon atau vegetasi lain di mana populasinhya rapat dan
berkembang di daerah di mana aliran air tawarnya teratur. Banyak
terdapat di Irian Jaya dan Maluku.
7). Hutan tepi sungai
Ekosistem semacam ini terdapat di sepanjang aliran tepi sungai besar dan terdiri atas tumbuhan rawa musiman yang berbeda.
Merupakan habitat transisi dengan hutan
rawa air tawar. Floranya sebagian besar terdiri atas tumbuhan berkayu
yang hidup di celah-celah batu dengan perakarann yang kuat, daunnya
sempit dan bijinya dapat disebarkan oleh air atau ikan.
8). Komunitas danau
Vegetasi yang ada di perairan danau
umumnya adalah fitoplankton. Jenis rumput-rumputan dan tumbuhan lain
yang terapung dapat mendominasi vegetasi di tepian danau.
- b. Vegetasi Pegunungan
Ekosistem jenis ini sangat beraneka ragam
sehingga dapat diklasifikasikan menjadi hutan pegunungan, padang
rumput, vegetasi terbuka pada lereng berbatu, vegetasi rawa gambut,
danau dan vegetasi alpin.
- 1. Hutan Pegunungan
Dapat dibedakan menjadi :
a). Hutan pegunungan atas dengan
ketinggian antara 1.500 – 3.300 m. Hutannya lebat dengan pohon yang
tinggi-tinggi rata-rata sekitar 25 m. jenisnya lebih sedikit bila
dibandingkan dengan yang ada di hutan pegunungan bawah.
b). Hutan pegunungan bawah dengan
ketinggian antara 1000 – 2.500 m. Umumnya pohon-pohonnya relatif lebih
rendah bila dibandingkan dengan pohon yang ada di hutan pegunungan
atas, diameter batangnya pun relatif lebih kecil.
- 2. Padang rumput
Dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu :
- Padang rumput-semak tepi hutan, terdapat di Irian Jaya pada lereng batu kapur dengan tanah yang dangkal di Dataran Tinggi Kemabu. Daerah ini ketinggiannya antara 3.300 – 3.800 m.
- Padang rumput merumpun Corporosma brassi – Deschampsinklosii. Pada rumput jenis ini terdapat di lereng yang basah pada ketinggian 3.300 – 4.100 m di seluruh daerah pegunungan Irian Jaya. Hampir seluruh komunitasnya berupa hamparan rumput Danthonia klossii yang tingginya rata-rata 1 meter. Di antaranya kadang-kadang terdapat tumbuhan perdua jenis Corprosma brassii yang tumbuhnya kerdil.
- 3. Vegetasi terbuka pada lereng berbatu
Terdapat di bukit-bukit batu kapur yang terjal dan tempat yang sebagian terlindung dari hujan dan tanahnya lembab.
Vegetasinya terdiri atas jenis rumput, paku-pakuan dan terna tertenu.
- 4. Vegetasi rawa gambut
Biasanya berbentuk vegetasi perdu rawa
gambut dan banyak terdapat di daerah Irian Jaya yang berada pada
ketinggian 3.300 – 4.000 m. di nJawa vegetasi ini terdapat pada
ketinggian antara 2.000 – 3.500 m. Komunitasnya berupa padang rumput
penutup gambut.
- 5. Vegetasi Danau
Danau banyak terdapat di pegunungan
tinggi dan umumnya danau di daerah ini dangkal serta banyak mengandung
nutrisi. Perairannya terbuka sehingga hampir tertutup oleh tumbuhan.
Contohnya adalah danau di gunung Dieng.
- 6. Vegetasi Alpin
Contoh vegetasi ini adalah tundra alpin kering dan tundra alpin basah. Tundra alping kering komunitasnya didominasi oleh Tetramolopium klossii
yang terdapat pada ketinggian antara 4.230 – 4.600 m. sedangkan
komunitas pada tundra alpin basah umumnya didominasi oleh hamparan lumut
yang terdapat di ketinggian 4.250 m.
- c. Vegetasi Monsun
Terdapat pada daerah beriklim kering
musiman, dengan kelembaban lebih \ tinggi dari 33,3%. Evapotranpirasi
kurang dari 1.500 mm per tahun. Vegetasi terdiri dari tumbuhan
bercabang rendah dengan batang yang jarang-jarang dan lurus.Umumnya
vegetasinya tumbuh lebat di musim penghujan dan menggugurkan daun di
musim kemarau. Jenisnya sangat sedikit. Yang termasuk ekosistem ini
meliputi savana dan padang rumput. Banyak terdapat di Jawa Timur, NTT,
Sulsel, Sulteng dan Irian Jaya.
- 2. Ekosistem Buatan
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang
sengaja diadakan dengan maksud menyenangkan pembuatannya. Hal ini
banyak terjadi akibat perkembangan teknologi. Beberapa contoh
diantaranya ialah :
- a. Ekosistem Danau
Umumnya air danau merupakan air tawar.
Sebagai salah satu ekosistem air tawar yang dibuat oleh manusia,
umumnya memiliki karakteristik antara lain. salinitasnya rendah bahkan
lebih rendah dari organisme yang hidup didalamnya, dipengaruhi oleh
iklim dan cuaca
Hewan yang ada antara lain berbagai jenis
ikan air tawar. Ikan air tawar memiliki cara adaptasi antara lain
dengan cara. Pengambilan air secara terus menerus, melalui insang
dengan cara osmosis. Garam-garam diabsorbsi melalui insang. Mengeluarkan
banyak urin. Tekanan osmosis diluar sel lebih tingg dibandingkan
tekanan osmosis di dalam sel. Tumbuhan yang hidup antara lain, enceng
gondok, teratai, dan bermacam-macam alga. Akibat dibentuknya
bendungan-bendungan menyebabkan timbulnya ekosistem baru. Komunitas
baru yang terbentuk di sini umumnya dalam fase suksesi yang berbeda.
Selain itu, pada ekosistem danau bendungan ini diintroduksikan hewan,
yaitu beberapa jenis ikan pula macam-macam vegetasi lain yang cocok
dengan ekosistem baru, yaitu ekosistem kolam.
- b. Ekosistem Hutan Tanaman
Ekosistem yang dimaksud di sini adalah penanaman pohon budi daya seperti jati, pinus dan akasia.
- c. Agroekosistem
adalah suatu ekosistem yang sengaja dibuat untuk keperluan pertanian tanaman budi daya.
Macam-macam agroekosistem, diataranya adalah :
1). Sawah Tadah Hujan
Yang dimaksud dengan sawah tadah hujan adalah sawah yang dibuat tanpa ada irigasi tehnis dan menggantungkan air dari air hujan
2). Sawah surjan
Sawah yang dikembangkan di daerah-daerah
yang sering banjir. Sawah ini berwujud selang-seling antara
galengan-galengan yang lebar dengan parit-parit yang lebar ditanami
palawija.
3). Sawah pasang surut
Sawah yang mendapat pengairan dari air
sungai yang terbendung secara alami karena laut pasang harian. Umumnya
terletak di sekitar sungai-sungai besar dekat muara yang bergambut di
Kalimantan dan Sumatera
4). Sawah rawa
Sawah rawa terdapat di adataran rendah
yang terus menerus tergenang air karena drainase tidak jalan sedang
sumber air hujan cukup banyak.
5). Sawah Irigasi
Sawah jenis ini memiliki sistem irigasi,
sistem pengairan yang menggunakan teknologi maju dalam hal pengaturan
air, sehingga pada musim kemarau air tetap tersedia.
6). Perkebunan
Perkebunan banyak dibuat oleh manusia,
baik secara kecil-kecilan di sekitar rumah atau besar-besaran yang
diusahakan oleh pemerintah. Contohnya adalah perkebunan teh, karet,
kelapa sawit, dan sebagainya.
Disamping beberapa ekosistem di atas, di
Indonesia juga terdapat pekarangan, Kolam, Kebun, dan Ladang berpindah
yang merupakan contoh keragaman agroekosistem yang tak ternilai
harganya.
0 Response to "Materi Biologi Tentang Ekosistem"
Posting Komentar